Tips Cara Menghadapi Wawancara Kerja
ilustrasi
Selama pencarian kerja, anda mungkin
akan melakukan serangkaian proses wawancara kerja. Sebagian besar perusahaan
menggunakan wawancara untuk lebih mengenal pemohon dan mengukur apakah anda
memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.
Sangat penting bagi anda untuk mempersiapkan
wawancara kerja yang akan dilakukan. Biasanya mereka akan membuat keputusan
akhir dalam sesi ini, sehingga anda perlu untuk membuat kesan positif pada
mereka.
Ada beberapa tips wawancara kerja yang
bisa anda siapkan untuk menjadi kandidat utama dalam pekerjaan yang ditawarkan.
Campusgrotto memberikan tips menghadapi wawancara kerja.
Perusahaan akan senang, bila anda datang
pada sebuah wawancara kerja dengan membawa pengetahuan tentang perusahaan. Anda
bisa mencoba untuk melakukan sedikit pencarian mengenai profil perusahaan di
website mereka. Pelajari mulai dari sejarah, jumlah karyawan, dan fakta lain
yang ada di website perusahaan tersebut.
Poles keterampilan anda
Penting bagi anda untuk memiliki gelar
dalam sebuah bidang tertentu. Tentu anda harus paham betul tentang apa yang
anda kuasai. Misalnya, bila anda mengkhususkan diri pada pemrograman komputer,
maka anda harus siap bila pertanyaan seputar pemrograman komputer keluar.
Jika Anda memiliki gelar Psikologi, maka
anda mungkin diminta menyelesaikan masalah atas situasi yang berhubungan dengan
Psikologi dan bagaimana anda menangani mereka. Oleh karena itu, penting bagi
anda untuk siap memamerkan pengetahuana anda.
Bawa resume anda
Pewawancara kemungkinan besar akan memiliki
salinan dari resume anda. Perlu juga membawa salinan resume anda. Jika Anda
melakukan wawancara untuk posisi guru, maka pastikan membawa portofolio guru.
Coba praktekkan
Mintalah seorang teman, orang tua atau
mentor anda untuk duduk bersama dan melakukan simulasi pertanyaan wawancara.
Ini akan memudahkan anda menjawab segala pertanyaan pada wawancara kerja yang
sesungguhnya. Ketika pewawancara bertanya, anda harus berpikir cepat dan segera
menjawabnya dengan baik.
Beberapa pertanyaan yang biasa diberikan
adalah:
“Mengapa
anda berpikir, anda adalah kandidat yang baik untuk pekerjaan ini?”
“Dengan cara apa anda akan menjadi aset perusahaan ini?”
“Apa tujuan karir Anda?”
“Jelaskan keberhasilan yang pernah anda alami?”
Tepat waktu
Tidak ada yang lebih buruk, bila anda
terlambat untuk hadir dalam wawancara kerja. Pastikan Anda datang tepat waktu
dan siap. Jika Anda telah berubah pikiran untuk menghadiri wawancara, pastikan
untuk menghubungi dan membatalkan. Jadilah profesional dan siap untuk
meletakkan kaki terbaik anda ke depan
Teori Herzberg dan Kepuasan Kerja Karyawan
Ilustrasi
Tampaknya semua ahli setuju untuk
memasukan teori Herzberg dalam pandangan teori kepuasan kerja karyawan.
Pemilihan ini disebabkan karena teori Herzberg diturunkan atas pembagian
hierarki kebutuhan Maslow menjadi kebutuhan atas dan bawah.
Maslow membagi kebutuhan manusia
berdasarkan hierarki dari kebutuhan yang paling rendah ke kebutuhan yang paling
tinggi. Kebutuhan manusia versi Maslow pertingkatan adalah:
- Kebutuhan fisiologis,
- kebutuhan rasa aman,
- kebutuhan sosial,
- kebutuhan harga diri, dan
- kebutuhan aktualisasi diri.
Pembagian dua buah atas dan bawah itu
membuat teori Herzberg dikenal orang sebagai two factor theory atau motivator
hygiene theory. Kebutuhan tingkat atas pada teori Herzberg yang diturunkan
dari maslow adalah penghargaan dan aktualisasi diri yang disebut sebagai motivator,
sedangkan kebutuhan yang lain digolongkan menjadi kebutuhan bawah yang disebut
sebagai hygiene factor.
Terdapat faktor-faktor tertentu yang
diasosiakan dengan kepuasan kerja dan faktor-faktor tertentu yang disosiasikan
dengan ketidakpuasan kerja.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
antara lain:
1.
Tanggung jawab (responsibility),
besar kecilnya yang dirasakan dan diberikan pada tenaga kerja.
2.
Kemajuan (advancement), besar
kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat maju dalam pekerjaannya.
3.
Pencapaian (achievement), besar
kecilnya tenaga kerja mencapai prestasi kerja yang tinggi.
4.
Pengakuan (recognition), besar
kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas kinerjanya.
5.
Pekerjaan itu sendiri (work it self),
besar kecilnya tantangan bagi tenaga kerja dari pekerjaannya.
Semua faktor diatas sering kali
berhubungan dengan isi (content) dari sebuah pekerjaan, itu mengapa
seringkali disebut juga content factor. Sedangkan kelompok-kelompok
faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan dalam pekerjaan seringkali disebut
dengan context factor. Faktor faktor ini adalah:
- Kebijakan
perusahaan (company policy), derajat kesesuaian yang dirasakan
tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku diperusahaan.
- Penyeliaan
(supervision), derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan oleh
tenaga kerja.
- Gaji
(salary), derajat kewajaran gaji/upah sebagai suatu imbalan atas
hasil kerjanya (performance)
- Hubungan
antar pribadi (interpersonal relations), derajat keseuaian yang dirasakan
dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya.
- Kondisi
kerja (working condition), derajat kesesuaian kondisi kerja dengan
proses pelaksanaan pekerjaannya.
Content factor dalam teori Herzberg sering disebut dengan motivator, yaitu faktor
faktor yang dapat mendorong orang untuk dapat memenuhi
kebutuhan tingkat atasnya dan merupakan penyebab orang menjadi puas atas
pekerjaannya. Bila content factor ini tidak ada, maka akan dapat
menyebabkan seseorang tidak lagi puas atas pekerjaannya atau orang tersebut
dalam keadaan netral, merasa tidak ”puas” tetapi juga tidak merasa ”tidak
puas”.
Sedangkan context factor, yang
berhubungan dengan lingkungan pekerjaan ini sering disebut dengan hygiene
factor, dimana pekerjaan memberikan kesempatan untuk seseorang dalam pemenuhan
kebutuhan tingkat bawah. Bila context factor yang tidak terpenuhi, tidak
ada, ataupun tidak sesuai maka dapat membuat pekerja merasa tidak puas (dissatisfied).
Dalam ketidakterpenuhinya context factor
akan membuat tenaga kerja banyak mengeluh dan merasa tidak puas, tetapi bila
dipenuhi maka pekerja akan berada pada posisi tidak lagi tidak puas (bukan
berarti puas) atau tepatnya dalam keadaan posisi netral.
Faktor faktor yang masuk kedalam
kelompok motivator cenderung merupakan faktor yang menimbulkan motivasi
kerja yang lebih bercorak proaktif, sedangkan faktor yang termasuk kedalam
kelompok hygiene cenderung menghasilkan motivasi kerja yang lebih
reaktif. Faktor hygiene bisa memindahkan ketidakpuasan dan meningkatkan
performance, namun sampai titik tertentu, memperbaiki faktor faktor tersebut
tidak lagi berpengaruh banyak.
Untuk itu usaha-usaha yang dilakukan
untuk lebih meningkatkan peformance dan sikap lebih positif, sebaiknya
menggunakan dan berpusat pada faktor faktor motivator. Pekerjaan
seharusnya dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan derajat penghargaan
yang tinggi oleh kedua faktor tersebut. Faktor hygiene untuk menghindari
ketidakpuasan kerja karyawan dan motivator sebagai faktor yang
memastikan kepuasan kerja karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar